Terombang-ambing ditampar angin seperti memaksaku berkelakar hingga berkunjung pada teras kenangan
Sesekali terdengar betapa kerasnya pekikan daun yang jatuh tepat pada sebuah bongkahan batu besar
Tapi sesekali daun itu merasa mujur jika ia dijatuhkan pada onggokan semak-semak, terapit ranting-ranting ataupun tepat jatuh pada tumpukan-tumpukan pasir lembut
Tiba-tiba aku menangis
Betapa menyakitkannya suara-suara diluaran sana
Suara-suara yang tak pernah bicara didepan mata
Seperti saat "Maaf, Kita tidak lagi bisa bersama", dengan tidak menggunakan gerak bibir tapi suara pesan dengan satu ketukan nada itu sangat terasa memilukan
Tiba-tiba aku menangis
Betapa perihnya ditinggalkan sendirian
Ditinggalkan karena sebuah kebohongan
Seperti saat, "Maaf, Aku hanya ingin dengan mu seorang"
Betapa menyedihkannya saat-saat seperti itu, pesan itu datang dalam beberapa kalimat dan ketikan, saat menerimanya pun aku merasa menjadi sangat-sangat luar biasa kala itu
Pernah aku dibiarkan berdandan berlama-lama didepan cermin, memperbaiki diri, merapikan baju yang mungkin sedikit kusut
Kukira ia menungguku untuk berbenah tetapi ia memilih mengkhianati pada tiap prosesnya
Semenjak itu aku sadar
Bahwa segala yang menyakitkan tak lantas membuat hatiku menjadi lebam dan memar tetapi untukku terus belajar
Jadi Hari ini, Aku akan berhenti menghukum diriku sendiri
Aku dan senja
Tidak ada komentar:
Posting Komentar