Wanita muslimah yang tinggal di gubuk, senantiasa beribadah dengan mengerjakan shalat lima waktu, dan menjalankan puasa Ramadhan sejatinya lebih berbahagia daripada wanita yang tinggal di istana menjulang tinggi namun tidak mengenal Penciptanya. Wanita mukminah yang tinggal di rumah dari bulu, memakan sepotong roti gandum dan meminum air teko dengan membawa mushaf dan tasbih lebih berbahagia daripada wanita yang tinggal di dalam menara gading, ruangan penuh dengan beludru, namun tidak mengenal Penciptanya dan Penolongnya, serta tidak mengikuti rasulnya.
Ya, kita harus memahami makna bahagia. Makna bahagia bukan makna sempit yang dilewengkan dan dikira banyak orang. Mereka mengira kebahagiaan ada di dalm rupiah, hamparan karpet, pakaian, makanan, minuman, dan kendaraan.
Sama sekali tidak! seribu kali tidak! Kebahagiaan adalah hati yang ridha, nurani yang nyaman, jiwa yang tenang, pikiran yang lapang, kondisi yang baik, akhlak yang lurus, sopan santun yang terus dibina, disertai sifat menerima apa adanya dan menjaga diri.
"Tidaklah mungkin orang yang menyakiti seorang muslim atau menzalimi seorang hamba bisa merasa tenang"
Tidak ada komentar:
Posting Komentar